Pendidikan Rohani (Tarbiyah Ruhiyah) dalam Al-Quran

Pendidikan%2BRohani%2B%2528Tarbiyah%2BRuhiyah%2529%2Bdalam%2BAl-Quran

Yang dimaksud dengan pendidikan kerohanian ini adalah segala usaha, pembinaan latihan dan pendidikan agar manusia memiliki mental yang sehat dan kuat, terutama mental agama. Pendidikan ini membawa manusia memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam dan memiliki pengetahuan agama Islam, sehingga menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah dan memiliki perilaku budi pekerti yang luhur serta akhlaqul karimah. Adapun materi pendidikan kerohanian (tarbiyah ruhiyah) ini meliputi:

1. Keimanan 
Yang dimaksud dengan iman adalah percaya tidak ada Tuhan selain Allah dan membenarkan bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan Allah dan ajaran yang dibawanya itu dari Allah. Dikuatkan lagi dengan kepercayaan yang teguh, dengan kepatuhan dan tunduk yang diresapi dalam hati.[2]

Keimanan ini intinya adalah tauhid, yaitu kepercayaan yang menegaskan bahwa hanya Allah yang menciptakan dan mengatur serta mendidik alam semesta. Sebagai konsekuensinya, maka hanya Allah itulah satu-satunya yang wajib disembah, dimohon petunjuk dan pertolongan-Nya.

Materi keimanan ini dalam al-Qur’an sangat banyak, maka sebagian saja yang ditulis dalam uraian ini, yaitu antara lain adalah dalam QS. al-Isra’ ayat 23 berikut ini :

وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا

Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia."

Di samping itu, juga terdapat QS. Luqman ayat 13 sebagai berikut:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya. Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu kedhaliman yang besar."

Selain dua ayat tersebut di atas adalah firman Allah dalam QS. al-Baqarah ayat 163, 255 dan 285, QS. al-Nisa’ ayat 171, QS. al-Maidah ayat 73, QS. al-Ikhlas ayat 1-4, dan sebagainya.

2. Ibadah
Ibadah adalah penghambakan diri kepada Allah. Ibadah umum adalah semua perbuatan yang tidak dilarang oleh Allah dan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan pahala dari Allah, sedangkan ibadah khusus adalah ibadah yang aturan-aturannya telah ditentukan oleh Allah secara rinci.[3]

Tujuan Allah menciptakan manusia adalah agar mereka menyembah kepada Allah saja. Sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Dzariyat ayat 56 berikut ini:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah atau beribadah kepadaKu.”

Sedangkan macam-macam materi ibadah antara lain:

a. Shalat
Allah memerintahkan kepada manusia supaya melaksanakan shalat yang manfaatnya untuk manusia itu sendiri, antara lain memperoleh pertolongan Allah, memperoleh rejeki dari Allah, rahmat Allah, kabahagiaan hidup di dunia dan akhirat, sabagaimana firman Allah dalam QS. al-Baqarah ayat 45 berikut ini:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ

Artinya: “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, dan sesungguhnya (shalat) itu berat kecuali atas orang yang khusyu’.

Juga firman Allah pada QS. Thaha ayat 132 berikut ini:

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى

Artinya: "Dan suruhlah keluargamu shalat dan bersabarlah atasnya. Kami tidak minta rizki padamu, Kamilah yang memberi rizki padamu dan akibat (yang baik) itu bagi orang yang bertakwa."

Termasuk juga firman Allah dalam QS. al-Nur ayat 56 dalam kaitan shalat dengan rahmat Allah, yang berbunyi:

وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Artinya: "Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada rasul, supaya kalian diberi rahmat."

Jika QS. al-Baqarah ayat 3 dan dihubungkan dengan ayat 5 menunjukkan bahwa shalat menjadi sarana untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. QS. al-Baqarah ayat 177 menunjukkan bahwa shalat merupakan sarana untuk menghilangkan rasa takut, khawatir dan sedih. Selain itu, masih banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an tentang shalat dan manfaatnya.

Selain shalat wajib yang dilaksanakan lima kali sehari semalam, juga diperintahkan shalat sunnah, sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Isra’ ayat 79 berikut ini:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

Artinya: "Dan pada sebagian malam hari shalatlah tahajjud sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, semoga Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji."

b. Zakat
Di dalam al-Qur’an, ayat-ayat tentang zakat sering kali bersamaan dengan shalat, sehingga manfaat zakat ini banyak persamaannya dengan shalat, sebagaimana dalam QS. al-Nur ayat 56, zakat berhubungan dengan rahmat Allah, QS. al-Baqarah ayat 177 zakat merupakan sarana untuk menghilangkan rasa takut, khawatir, sedih dan sebagainya. Selain zakat yang merupakan sedekah wajib, Allah juga mengajarkan sedekah sunnah yang disebut infaq, sebagaimana firman-Nya dalam QS. al-Baqarah ayat 261 ini:

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ

Artinya: "Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta mereka di jalan Allah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh batang, tiap batang seratus biji."

c. Puasa 
Tujuan Allah mewajibkan manusia melakukan ibadah puasa adalah agar mereka bertaqwa kepada Allah, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 183. Sifat taqwa inilah yang menyebabkan manusia memiliki sifat-sifat yang terpuji, yaitu suka berinfak atau shadaqah, memaafkan manusia, menahan marah, menghentikan perbuatan dzalim dan dosa, mengantarkan mereka masuk surga sebagai puncak kebahagiaan yang dicita-citakan seluruh manusia di alam, sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran ayat 233 dan 136.

Puasa itu sendiri diwajibkan oleh Allah melalui firman-Nya dalam QS. al-Baqarah ayat 183, sedangkan pada QS. al-Baqarah ayat 184, Allah menyatakan bahwa orang yang sakit dan bepergian yang tidak mampu berpuasa boleh tidak berpuasa dan meng-qadha’ di hari-hari selain Ramadhan, tetapi jika kuat puasa, maka wajib meng-qadha’ dan membayar fidyah sehari sebanyal satu mud. Demikian juga bagi wanita yang hamil dan menyusui, jika tidak berpuasa karena tidak kuat puasa, maka cukup meng-qadha’ ,tetapi jika dia tidak berpuasa bukan karena tidak kuat puasa, misalnya karena mengkhawatirkan anaknya, maka wajib meng-qadha’ dan membayar fidyah.[4] Hal ini berdasarkan firman Allah dalam QS. al- Baqarah ayat 183 tersebut.

Selain puasa wajib, Allah juga mengajarkan puasa sunnah yang disampaikan melalui hadits rasul-Nya.

d. Haji 
Ibadah haji diwajibkan oleh Allah kepada manusia seumur hidup sekali dan ibadah haji selebihnya adalah sunnah. Kewajiban manusia menunaikan ibadah haji difirmankan oleh Allah dalam QS. Ali Imran ayat 97 berikut ini:

 وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلا

Artinya: "Mengerjakan ibadah haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah." (orang yang sanggup mendapatkan bekal, transportasi, sehat dan aman dalam perjalanan).[5]

Juga QS. al-Baqarah ayat 196 dan 203, QS. al-Hajj ayat 27-29 yang berisi aturan-aturan pelaksanaan ibadah haji dan umrah.

3. Akhlaq 
Akhlaq adalah perangai, budi pekerti yang mencakup lahiriyah dan batiniyah, mencakup hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia. Dengan kata lain, akhlaq adalah kepribadian atau sikap mental dan kehidupan jiwa manusia.

Inti ajaran Islam ialah mengadakan bimbingan bagi kehidupan mental dan jiwa manusia, dalam hal inilah terletak hakikat manusia, sikap mental dan kehidupan jiwa inilah yang menentukan bentuk kehidupan lahir.

Nabi Muhammad SAW. diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlaq umat manusia di dunia.[6] Akhlaq manusia cenderung untuk surut atau mundur jika tidak dibarengi dengan ajaran agama dan suri tauladan dari seorang Nabi, karena manusia mempunyai nafsu yang cenderung mengajak pada keburukan dan adanya setan yang pekerjaannya menggoda manusia. Maka diutusnya seorang Nabi untuk diikuti dan diteladani, sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Ahzab ayat 21 berikut ini:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Artinya: "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan ia banyak dzikir pada Allah." 

Karena Rasulullah berbudi pekerti yang agung, sesuai dengan QS. al-Qalam ayat 4 berikut ini:

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Artinya: "Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung." 

4. Membaca al-Qur’an 
Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. dengan perantaraan Malaikat Jibril. Al-Qur’an juga merupakan sumber ajaran agama Islam yang pertama dan utama, maka umat Islam wajib membacanya agar mengetahui, memahami dan meresapi serta melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam sebenar-benarnya. Allah berfirman dalam QS. al-Muzammil ayat 4 berikut ini:

أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلا

Artinya: "Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan (tartil)." 

5. Al-Hadits
Al-Hadits adalah perkataan, perbuatan, sifat dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Hadits juga merupakan sumber ajaran agama Islam yang kedua setelah al-Qur’an. Umat Islam wajib berpedoman pada hadits Nabi ini, sebagaimana firman Allah dalam QS. al- Hasyr ayat 7 berikut ini:

 وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

Artinya: "Dan apa-apa yang disampaikan oleh Rasul kepadamu, maka ambillah (ikutilah) dan apa-apa yang kalian dicegah olehnya melakukan sesuatu, maka tinggalkanlah."
loading...
Previous
Next Post »