Jika kita
berpegang kepada Teori Mekah yang menyatakan Islam masuk ke Nusantara sejak
abad ke-7 M, maka kerajaan Islam pertama bukan lagi Samudra Pasai, tetapi
Kerajaan Jeumpa yang berdiri sejak abad ke-8 M., yang disusul oleh kerajaan
Peurelak di abad ke-9, baru kemudian kerajaan Samudera Pasai. Hanya saja,
kerajaan Jeumpa dan Peurelak barangkali tidak terlalu popular dan bukan
kerajaan besar. Di samping itu, bukti-bukti yang ilmiah yang menguatkannya
belum dipandang cukup.
Berikut adalah
uraian singkat beberapa keajaan Islam yang terkenal di Nusantara.
1. Samudera
Pasai
Samudera Pasai
adalah keajaan Islam yang dipandang sebagai kerajaan Islam pertama di
Indonesia. Akan tetapi jika dikaitkan dengan dua kerajaan sebelumnya (Jeumpa
dan Peurelak), maka kerajaan Samudera Pasai adalah kelanjutan dari kerajaan
Islam Peurelak (Perlak).
Kerajaan ini
didirikan oleh Sultan Malik al-Saleh pada tahun 1285 (abad 13 M) sekaligus
sebagai raja pertama. Setelah meninggal, ia digantikan putranya Sultan Muhammad
atau yang dikenal dengan nama Malik Al Tahir I. Ia memerintah sampai tahun 1326
M, kemudian digantikan oleh Sultan Ahmad Malik Al Tahir II.
2. Kerajaan
Aceh
Kerajaan Aceh
didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Sultan Ali Mughayat Syah atau
disebut juga Sultan Ibrahim. Kerajaan Aceh mencapai masa keemasan pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Selanjutnya Sultan Iskandar Muda digantikan
oleh menantunya yaitu Iskandar Tani.
3. Demak
Kesultanan
Demak didirikan oleh seorang adipati yang bernama Raden Patah. Untuk menghadapi
Portugis Armada Demak yang dipimpin Pati Unus (Putra Raden Patah) melancarkan
serangan terhadap Portugis di Malaka. Oleh karena itu, Pati Unus diberi Gelar
Pangeran Sabrang Lor yang artinya pangeran yang pernah menyeberangi lautan di
sebelah Utara kesultanan Demak.
Setelah Raden
Patah meninggal, ia digantikan oleh Pati Unus, selanjutnya Pati Unus diganti
oleh Trenggana. Setelah Sultan Trenggana meninggal, terjadi pertikaian antara
Pangeran Sekar Seda ing Lepen (adik Trenggana) dengan Pangeran Prawoto (anak
Trenggana). Pangeran Prawoto berhasil membunuh pangeran Sekar Seda Ing Lepen.
Tetapi kemudian Pangeran Prawoto dibunuh oleh Arya Penangsang (anak Pangeran
Sekar Seda ing Lepen).
Arya Penangsang
kemudian tampil menjadi Sultan Demak ke-4. Pemerintahan Arya Penangsang
dipenuhi dengan kekacauan karena banyak orang yang tidak suka dengannya. Hingga
pada akhirnya seorang adipati Pajang bernama Adiwijaya atau Jaka Tingkir atau
Mas Karebet berhasil membunuhnya. Setelah kematian Arya Penangsang, kerajaan
Demak berpindah ke tangan Jaka Tingkir.
4. Pajang
Pendiri
Kesultanan Pajang adalah Adiwijaya. Setelah Sultan Adiwijaya meninggal,
seharusnya Pangeran Benawa yang menduduki tahta Pajang, akan tetapi ia
disingkirkan oleh Arya Pangiri (putra Pangeran Prawata). Tindakan Arya Pangiri
menimbulkan upaya-upaya perlawanan, hal ini kemudian dimanfaatkan oleh Pangeran
Benawa untuk merebut kembali tahta Pajang. Karena itu, ia menjalin kerja sama
dengan Mataram yang dipimpin oleh Sutawijaya. Setelah Arya Pangiri dapat
dikalahkan, Pangeran Benawa justru menyerahkan kekuasaan pada Sutawijaya.
Selanjutnya Sutawijaya memindahkan Pajang ke Mataram sehingga berakhirlah
kekuasaan Pajang.
5. Mataram Islam
Mataram
merupakan hadiah dari Adiwijaya kepada Ki Ageng Pamanahan karena ia telah
berjasa membantu Adiwijaya menaklukkan Arya Penangsang. Ketika Ki Ageng
Pamanahan meninggal, Mataram dipegang oleh putranya, Sutawijaya. Sutawijaya
diangkat menjadi Adipati Mataram dan diberi gelar Senopati ing Alogo Sayidin
Panatagama yang berarti panglima perang dan pembela agama.
Sepeninggal
Senopati, Tampuk kekuasaan dipegang oleh putranya (Mas Jolang), tetapi Mas
Jolang meninggal sebelum berhasil memadamkan banyak pemberontakan. Penggantinya
adalah Raden Rangsang atau lebih dikenal dengan Sultan Agung.
Pada masa
pemerintahan Sultan Agung, Mataram mencapai masa kejayaan. Akan tetapi Mataram
mulai mengalami kemunduran ketika masa pemerintahan pengganti-pengganti Sultan Agung.
Kemunduran
Mataram yang lebih utama karena aneksasi yang dilakukan Belanda. Setelah
terjadinya perjanjian Gianti, kerajaan Mataram dipecah menjadi dua bagian,
Kerajaan Surakarta dan Kerajaan Yogyakarta. Lebih dari itu, dengan adanya
Perjanjian Salatiga, Kerajaan Surakarta terpecah lagi menjadi dua yaitu
Mangkunegaran dan Pakualaman/Kasunanan.
6. Cirebon
Kasultanan
Cirebon didirikan oleh Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Dengan
bantuan Fatahillah, kesultanan Cirebon dapat meluaskan kekuasaannya meliputi
Jayakarta dan Pajajaran. Kemenangan-kemenangan Fatahillah membuat Sunan Gunung
Jati tertarik dan menjodohkan Fatahillah dengan Ratu Wulung Ayu.
Ketika Sunan
Gunung Jati menua, Kesultanan Cirebon diserahkan kepada putranya Pangeran
Muhammad Arifin dengan gelar Pangeran Pasarean. Sepeninggal Pangeran Pasarean,
kedudukan Sultan diserahkan kepada Pangeran Sebakingking atau yang bergelar
Sultan Maulana Hasanuddin.
Pada abad ke-17
terjadi perselisihan dalam keluarga, sehingga kesultanan Cirebon pecah menjadi
dua yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
7. Banten
Daerah Banten
di-Islamkan oleh Sunan Gunung Jati. Pemerintahan dipegang oleh Sultan Maulana
Hasanuddin. Setelah Sultan Hasanuddin meninggal, ia digantikan oleh putranya
Maulana Yusuf. Kesultanan Banten mencapai masa keemasan pada masa Sultan Ageng
Tirtayasa. Akhir pemerintahan Sultan Ageng ditandai dengan persengketaan dengan
putranya Sultan Haji yang bersekongkol dengan Belanda.
8. Makassar
Pada abad ke-16
di Sulawesi Selatan terdapat dua kerajaan yaitu Goa dan Tallo. Kedua kerajaan
itu bersatu dengan nama Goa-Tallo. Makassar dengan ibu kota di Somba Opu, dan
dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di Sulawesi. Bertindak sebagai rajanya
adalah Raja Goa, Daeng Manrabia dengan gelar Sultan Alauddin dan sebagai
mangkubumi (Perdana Menteri) adalah Raja Talo, Karaeng Matoaya yang bergelar
Sultan Abdullah, yang pada masa pemerintahannya adalah puncak kejayaan
Makassar.
9. Ternate dan
Tidore
Kerajaan
Ternate berdiri kira-kira abad ke-13. Ternate mencapai puncak kejayaan pada
masa pemerintahan Sultan Baabullah. Sedangkan raja yang terkenal dari Tidore
adalah Sultan Nuku. Muncullah Sultan Khaerun yang sekarang menjadi nama
universitas di Ternate.
loading...
EmoticonEmoticon