Berdasarkan bukti-bukti yang ada, teori Mekah cukup meyakinkan untuk dipilih, yaitu bahwa agama Islam sudah masuk ke wilayah Nusantara dari abad ke-1 H. ( ke-7 M). Namun saat itu perkembangannya masih belum pesat dan meluas. Pada abad-abad selanjutnya baru terjadi perkembangan lebih pesat, terutama setelah abad ke-7 H. (ke-13 M). Lebih jelasnya pada uraian berikut.
1. Perkembangan
Islam di Sumatera
Tempat
mula-mula masuknya Islam di pulau Sumatera adalah Pantai Barat Sumatera. Dari
sana berkembang ke daerah-daerah lainnya. Pada umumnya, buku-buku sejarah
menyebutkan perkembangan agama Islam bermula dari Pasai, Aceh Utara.
Orang yang
menyebarkan Islam di daerah ini adalah Abdullah Arif. Ia seorang mubaligh dari
Arab, dengan misi penyebarannya dengan berdakwah dan berdagang.
Dengan
kesopanan dan keramahan orang Arab yang berdakwah itu, maka penduduk Pasai
sangat terkesan. Akhirnya mereka menyatakan diri masuk Islam. Bahkan raja dan
pemimpin negeri, setelah melihat kesopanan orang Arab yang berdakwah itupun,
masuk Islam pula. Masyarakat Pasai sangat giat belajar agama Islam. Malah ada
dari kalangan anak raja sengaja diutus menuntut ilmu agama Islam ke Mekkah.
Kerajaan Islam Pasai berdiri sekitar tahun 1297, yang kemudian dikenal dengan sebutan
“Serambi Mekkah”.
Setelah agama
Islam berkembang di Pasai, dengan cepat tersebar pula ke daerah-daerah lain
yaitu ke Pariaman, Sumatera Barat. Islam datang ke Pariaman dari Pasai melalui
laut Pantai Barat Pulau Sumatera. Ulama yang terkenal membawa Islam ke Pariaman
itu adalah Syekh Burhanuddin.
Penyiaran agama
Islam dilakukan secara pelan-pelan dan bertahap, sebab adat di Sumatera Barat
sangat kuat. Dengan arif dan bijaksana para mubaligh dapat memberikan
pengertian pada masyarakat, dan akhirnya masyarakat Sumatera Barat dapat
menerima agama Islam dengan baik.
Sebagai bukti
bahwa Islam diterima oleh masyarakat Sumatera Barat dengan kerelaan dan
kesadaran adalah dengan istilah yang mengatakan: Adat bersendi syura’, syara’
bersendi Kitabullah. Jadi, adat istiadat yang dipegang teguh oleh masyarakat
Sumatera Barat itu adalah adat yang bersendikan Islam, artinya Islam menjadi
dasar adat.
Sekitar tahun
1440 agama Islam masuk ke Sumatera Selatan. Mubaligh yang paling berjasa
membawa Islam ke Sumatera Selatan adalah Raden Rahmat (Sunan Ampel). Arya Damar
yang kemudian terkenal dengan nama Aryadillah (Abdillah) adalah bupati
Majapahit di Palembang waktu itu. Kemudian Raden Rahmat (Sunan Ampel) memberi
saran kepada Abdillah agar bersedia menyebarkan agama Islam di Sumatera
Selatan. Atas rahmat dan petunjuk Allah Swt., saran Raden Rahmat tersebut
dilaksanakan oleh Aryadillah, sehingga agama Islam di Sumatera Selatan
berkembang dengan baik.
2. Perkembangan
Islam di Kalimantan,Maluku, dan Papua
Di pulau
Kalimantan, agama Islam mula-mula masuk di Kalimantan Selatan, dengan
ibukotanya Banjarmasin. Pembawa agama Islam ke Kalimantan Selatan ini adalah
para pedagang bangsa Arab dan para mubaligh dari Pulau Jawa. Perkembangan agama
Islam di Kalimantan Selatan itu sangat pesat dan mencapai puncaknya setelah
Majapahit runtuh tahun 1478.
Daerah lainnya
di Kalimantan yang dimasuki agama Islam adalah Kalimantan Barat. Islam masuk ke
Kalimantan Barat mula-mula di daerah Muara Sambas dan Sukadana. Dari dua daerah
inilah baru tersebar ke seluruh Kalimantan Barat. Pembawa agama Islam ke daerah
Kalimantan Barat adalah para pedagang dari Johor (Malaysia), serta ulama dan
mubaligh dari Palembang (Sumatera Selatan). Sultan Islam yang pertama (tahun
1591) di Kalimantan Barat berkedudukan di Sukadana, yaitu Panembahan Giri
Kusuma.
Penyebaran
Islam di Kalimantan Timur terutama di Kutai, dilakukan oleh Dato’ Ri Bandang
dan Tuang Tunggang melalui jalur perdagangan.
Kemudian sejak
abad ke-15, antara tahun 1400 sampai 1500 Islam telah masuk dan berkembang di
Maluku. Pedagang yang beragama Islam dan para ulama/mubalih banyak yang datang
ke Maluku sambil menyiarkan agama Islam. Daerah-daerah yang mula-mula dimasuki
Islam di Maluku adalah Ternate, Tidore, Bacau, dan Jailolo.
Raja-raja yang
memerintah di daerah tersebut berasal dari satu keturunan, yang semuanya
menyokong perkembangan Islam di Maluku.
Perkembangan
agama Islam di papua berjalan agak lambat. Islam masuk ke Irian terutama karena
pengaruh raja-raja Maluku, para pedagang yang beragama Islam dan ulama atau
mubaligh dari Maluku.
Daerah-daerah
yang mula-mula dimasuki Islam di papua adalah Misol, Salawati, Pulau Waigeo,dan
Pulau Gebi.
3. Perkembangan
Islam di Sulawesi
Pada abad ke-16
Islam telah masuk ke Sulawesi, yang dibawa oleh Dato’ Ri Bandang dari Sumatera
Barat. Daerah-daerah yang mula-mula dimasuki Islam di Sulawesi adalah Goa,
sebuah kerajaan di Sulawesi Selatan.
Sebelum Islam
datang ke daerah ini penduduknya menganut kepercayaan nenek moyang. Setelah
Dato’ Ri Bandang berkunjung ke Sulawesi Selatan, Raja Goa yang bernama Karaeng
Tonigallo masuk Islam. Kemudian atas usul Dato’ Ri Bandang, Raja Goa berganti
nama dengan Sultan Alauddin. Jauh sebelum Raja Goa ini masuk Islam, para
pedagang telah menyiarkan agama Islam di tengah-tengah masyarakat Sulawesi
Selatan dan banyak penduduk yang telah menganut agama Islam.
Setelah Sultan
Alauddin wafat, beliau diganti oleh putranya yang bernama Sultan Hasanuddin.
Dari Goa Islam terus berkembang ke daerah-daerah lainnya seperti daerah Talo
dan Bone.
4. Perkembangan
Islam di Nusa Tenggara
Sebagaimana
daerah-daerah lain, pada tahun 1540 agama Islam masuk pula ke Nusa Tenggara.
Masuknya agama Islam Ke Nusa Tenggara dibawa oleh para mubaligh dari Bugis
(Sulawesi Selatan) dan dari Jawa. Agama Islam berkembang di Nusa Tenggara
mula-mula di daerah Lombok yang penduduknya disebut Suku Sasak. Dari daerah
Lombok, secara pelanpelan selanjutnya tersebar pula ke daerah-daerah Sumbawa
dan Flores.
5. Perkembangan
Islam di Pulau Jawa
Agama Islam
masuk ke Pulau Jawa kira-kira pada abad ke-11 M., yang dibawa oleh para
pedagang Arab dan para mubaligh dari Pasai. Tempat yang mula-mula dimasuki
Islam di pulau Jawa yaitu daerah-daerah pesisir utara Jawa Timur.
Tokoh terkenal
yang berdakwah di Jawa Timur adalah Maulana Malik Ibrahim. Beliau menetap di
Gresik, kemudian mendirikan pusat penyiaran agama Islam dan pusat pengajaran.
Dalam majlisnya itu beliau mengkader beberapa orang murid. selanjutnya mereka
menyiarkan agama Islam ke daerah-daerah lain di pulau Jawa.
Di Jawa Tengah, penyiaran Agama Islam berpusat di Demak. Penyiaran agama Islam di Pulau Jawa dilakukan oleh para wali yang berjumlah 9 yang dikenal dengan Wali Songo (Wali Sembilan). Kemudian murid-murid Wali Songo turut pula menyiarkan agama Islam ke daerah pedalaman pulau Jawa, sehingga agama Islam berkembang dengan pesatnya.
Di Jawa Tengah, penyiaran Agama Islam berpusat di Demak. Penyiaran agama Islam di Pulau Jawa dilakukan oleh para wali yang berjumlah 9 yang dikenal dengan Wali Songo (Wali Sembilan). Kemudian murid-murid Wali Songo turut pula menyiarkan agama Islam ke daerah pedalaman pulau Jawa, sehingga agama Islam berkembang dengan pesatnya.
loading...
EmoticonEmoticon